Hanya Sekedar Menulis
Ketika seseorang meras dirinya paling baik di dunia ini maka merekalah orang-orang yang tidak mengerti akan dirinya sendiri.
Menjadikan seorang menjadi musuh. Disaat itulah kamu akan merassakn dirimu sendirian di dunia ini. :(
Menekuni sebuah pekerjaan adalah harga mutlak untuk manusias di dunia ini.
Janganlah kamu menyia-nyiakan seseorang yang benar-benar telah memperhatikanmu dan lebih memilih mengejar seseorang yang tak akan pernah mungkin engkau mencapainya.
Cintailah seseorang karna Allah, jangan karna kecantikan, kekeyaan, keturunan dan sebagainya.
Tidakkah kamu menyangka bahwa teman terdekatmulah terkadang yang akan menikammu? (tidak semua teman dekat)
Cukup teman yang selalu ada tidak terlalu baik dari pada teman yang baik banget tapi hanya sesaat.
Jauhilah semua sifat-sifat yang bisa membuat dirimu menjadi orang yang paling sendirian dimuka bumi ini. (Dianggap teman ketika bersamamu)
Cukup aku, temenku dan Allah lah yang mengetahui perasaanku.
Jangan sampai melakukan apapun yamg tidak disenangi oleh Allah dan kedua orang tua.
Membahagiakan orang tua adalah cara membalas semua perjuangan yang telah dilewatinya.
sekian dari saya... mian ne, jika ada kata2 yang ngga nyambung~~~
Selasa, 21 April 2015
Minggu, 29 Maret 2015
Sabtu, 28 Februari 2015
Foto-Foto
Ini kata-kata mutiara dari drama My Love Come From The Star.
The Heirs.
Print screen The Heirs.
Tunggu Lanjutannya ne!
Senin, 23 Februari 2015
Cerpen Kedua
Annyeong Chingu-ya,...
ini adalah cerpen yang aku buat untuk mengisi jam kosong ku,,, :) semoga kalian suka,, selamat membaca,, :)
NB: maaf jika ada kesamaan nama dan sebagainya,, karena ini hanyalah fiktif belaka harap maklum :)
ini adalah cerpen yang aku buat untuk mengisi jam kosong ku,,, :) semoga kalian suka,, selamat membaca,, :)
NB: maaf jika ada kesamaan nama dan sebagainya,, karena ini hanyalah fiktif belaka harap maklum :)
Heart
Friend
"Tak
mugkin bisa hidup tanpaku kau!" kata Seira.
"Hah!
Mana mungkin? kamu tu, yang tak bisa hidup tanpaku." jawab Kevin.
"Memang
aku tak bisa hidup tanpamu, Vin." kata Seira dalam hati.
"Hei,
malah bengong." kata Kevin mengagetkan Seira.
"......"
Seira hanya balas dengan senyuman manjanya.
Mereka
terus melanjutkan jalannya menuju ke sekolah yang tak jauh dari rumah mereka.
Sampai di sekolah, tepat pada saat bel berbunyi. Mereka segera lari menuju
kelasnya. Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih. Tapi sebenarnya
Kevin sudah memiliki pacar. Kevin adalah cowok populer di sekolahnya. Tak
sedikit teman-temannya yang menyukainya. Tapi Kevin adalah tipe cowok yang tak
suka mempermainkan wanita. Cukup satu yang ada di hatinya. Itulah ucapnya
ketika dia menolak beberapa teman wanitanya.
Seperti
yang lalu, saat jam istirahat Kevin di temui banyak cewek. Ada yang memberinya
cokelat, bunga, buku, sapu tangan, dan banyak sekali. Tapi semua itu berakhir
pada Seira. Seiralah yang pada akhirnya menerimanya.
"Vin,
enak ya punya banyak fans." Ucap Seira.
"Enak
dari mana? Kita mau kemana banyak yang ngliatin enak. Risi banget tauk!"
katanya agal kesal.
"Woles!
dong bro, daripada bete mending kekantin yuk.?" Ajak Seira sambil
menariknya keluar dari ruang kelas.
Mereka
berdua bercanda disetiap jalan menuju kantin. Banyak cewek-cewek yang tidak
suka melihat itu semua. Mereka tetap cuek tak peduli.
"Vin,
temukan aku dengan pacarmu dong, penasaran banget aku." Ucap Seira.
"Maaf
Sei, akhir-akhir ini dia sibuk. Nggak tau sekarang dia banyak berubah, jarang
ketemu, di telfon nggak diangkat, di sms balesnya lama." Jelas Kevin.
"Kamu
nggak coba ke rumahnya?"
"Males
banget."
"Sekarang
terserah dia aja, yang penting aku nggak pernah buat salah ke dia. Iya
kan?"
"Betul
banget."
"Aku
nggak pernah, liat kamu bareng sama cowok selain aku deh!" tanya Kevin
agak sedikit mengejek.
"Aiisshhh!
Kau meledekku eoh?"
"Heheh.
Bercanda." Cubit pipi Seira.
Jam
istirahat berakhir. Semua siswa segara memasuki ruang kelas masing-masing. Jam
sudah menunjukkan pukul dua siang. Bel pulang pun sudah berbunyi. seira kali
ini pulang sendiri dan tidak bersama dengan kevin. Kevin hari ini ada janjian
dengan pacarnya.
"Vin,
aku pulang duluan ya?" ucap seira.
"Beneran
ini, kau tak mau liat pacarku?"
"Tak
usahlah, aku sudah berubah pikiran. Aku males banget pergi."
"Tadi
ingin banget liat pacarku? Sekarang tak mau? Kamu labil banget deh?"
"Heheheh.
Aku pulang pai pai"
"Oke!
Hati-hati di jalan ya?"
Seira
hanya mengangguk dan segera pulang kerumahnya. Setelah beberapa menit sampailah
Seira di rumahnya. Dia segera masuk ke kamarnya untuk membersihkan badannya dan
segera makan siang. Sehabis makan siang Seira duduk-duduk di ruang tamu dengan
membaca buku. Tak lama kemuadian ada seseorang mengetuk pintu rumahnya.
"Sei,"
"Seperti
suaranya Kevin." ujar Seira dalam hati.
"Aissshh,
nggak mungkinlah, dia kan sedang dengan pacarnya. Sei, sadar Sei. Mana mungkin
dia kesini."
"Sei!"
terdengar suara yang sama.
Pembantu
seira keluar untuk membuka pintu. Dan bertanya pada Seira.
"Lho
mbak ada tamu kok nggak dibukain sih?"
"Masak
sih mbak?"
"Ya
mbak.."
"Ya
sudah kalau gitu mbak aja yang bukain pintu." Ujar Seira pada pembantunya
yang akrab dipanggil Mbak Minah itu.
"Baik,
Mbak"
Mbak
Minah membuka pitu rumah Seira. Dan yang di depan rumahnya adalah benar-benar
Kevin.
"Oalah!
Mas Kevin tho?"
"Iya,
Mbak. Seiranya mana Mbak? Biasanya dia yang bukain pintu." jawab Kevin.
"Itu
Mas, Mbak Seiranya lagi baca buku di ruang tamu."
"Ya
sudah kalau gitu aku langsung masuk aja ya, Mbak."
"Ya
Mas silahkan!"
Kevin
masuk ke rumah Seira dan segera menghampiri Seira yang sedang asyik baca buku
di ruang tamu.
"Sei,
asyik bener baca bukunya."
"Lho
Kevin? Kamu kok kesini? Emangnya nggak jadi bertemu dengan pacarmu ya?"
"Pacar?"
"Iya,
pacar." Jawab Seira polos.
"Udahlah
Sei, aku sudah nggak mau mikirin dia lagi aku udah putus sama dia."
"Lho
lho lho... kenapa Vin?"
Kevin
hanya diam dan tak mau menjawab pertanyaan seira. Wajahnya agak sedikit berubah
murung. Seira bingung harus ngapain liat sahabatnya sedang sakit hati.
"Oke!
Kalau nggak mau cerita nggak apa kok. Kalau mau nangis juga nggak apa
Vin."
"Ngapain
ditangisi?"
"Ya
kirain mau nangis."
Kevin
menjitak kepala Seira.
"Aduh!
Sakit taukkk!" geram seira.
Mereka
terus bercanda di dalam rumah Seira. Hampir setiap hari melakukan hal tersebut.
Semakin lama semakin dekat antara mereka. Berangkat sekolah bersama. Pulang
sekolah bersama. Sampai-sampai melakukan hal sepelepun bersama. Seira semakin
menyukai Kevin. Tapi Kevin tak pernah menyadari itu. Suatu saat mereka sedang
pergi untuk mencari sebuah novel di toko buku. Tak sengaja Kevin melihat mantan
pacarnya dengan cowok lain. Wajah kevin seketika berubah menjadi murung. Tampak
sekali jika kevin masih menyukai mantan pacarnya itu.
"Vin
kamu kenapa sih?" Tanya Seira yang melihat Kevin murung.
"Nggak
apa kok, Sei. Aku baik-baik saja."
"Aku
tau jika kamu masih mencintainya." Kata Seira dalam hati.
"Ya
sudah cari novel yuk!" Ajak Seira membuyarkan lamunannya.
Kevin
dan Seira memilih-milih novel dengan serius. Akhirnya mereka menemukan novel
dengan selera masing-masing. Setelah mendapatkan novel mereka memutuskan untuk
pulang ke rumah. Kevin mengantarakan Seira ke rumahnya.
"Sei,
aku langsung pulang saja ya?"
"Nggak
mampir?"
"Sudah
terlalu sering aku ke rumahmu."
"Oke!
Hati-hati ya?"
Kevin
hanya mengangguk dan menjalankan motornya. Akhirnya Kevin sampai di rumahnya.
Tiba-tiba dia meraskan sakit di dadanya. Setelah memarkirkan motornya dia
segera masuk ke rumah. Tapi apalah daya, Sakitnya semakin tak bisa ditahannya
dia hampir saja pingsan didepan pintu rumahnya. Untung saja tukang kebunnya
menolongnya.
"Aduh!
Mas Kevin kenapa?" Tanya Pak Marno.
"Aku
tak apa kok, Pak"
"Tapi,
Mas, kelihatannya Mas kevin sakit deh. Saya antar ke akmar saja ya, Mas?"
"Ya
sudah, Pak. Tolong bantu saya ke kamar."
"Baik,
Mas." Pak Marno membantu Kevin masuk ke kamarnya.
"Jika
Mas Kevin sakit segera ke dokter ya, Mas. Saya khawatir nanti kalau Mas Kevin
sakit."
"Ya,
Pak."
"Ya
sudah kalau begitu Pak Marno pergi ke depan lagi ya Mas?"
Kevin
menganggukkan kepalanya.
Kevin
segera mengambil obat di tasnya. Dia berpikir bahwa penyakitnya ini semakin
parah. Dia tak tau lagi harus bagaimana. Dia tak mau kalau orang-orang di rumah
mengetahui penyakitnya itu. Termasuk orang tuanya dan Seira sahabat dekatnya.
Kevin tak mau mereka mengkhawatirkannya.
Pagi
telah tiba, Kevin segera berangkat ke sekolah dan tidak lupa untuk menjemput
Seira di rumahnya. Seira yang berada di rumahnya sudah menunggu Kevin.
"Tak
biasanya Kevin kesininya telat." Ucap Seira dalam hati.
Tiba-tiba
suara klakson mengangetkan Seira yang tengah melamun.
"Hei!
Pagi-pagi gini sudah melamun, mikirin apaan sih?" Kata Kevin.
"Nggak
kok."
"Tunggu-tunggu
mukamu kok pucat, Vin? Kamu sakit?" Ucap Seira melanjutkan.
"Nggaklah,
mungkin aku hanya kecapekan." Jawab Kevin ngeles.
"Ya
sudahlah yuk berangkat ntar kesiangan lagi."
Seira
segera naik di belakang Kevin. Kevin mengegas motornya dengan kecepatan tinggi.
Seira dengan spontan memeluk Kevin dengan erat.
"Perasaan
apa ini? Mengapa jantungku deg-degan?" Ucap Kevin dalam hati.
Akhirnya
mereka berdua sampai di sekolah. Kevin merasakan sakit lagi. Tapi dia
menyembunyikan rasa sakit itu agar Seira tak melihatnya. Kevin tak kuat lagi
menahan rasa sakit itu. Tiba-tiba Kevin pingsan. Seira yang berada di
sampingnya keget dan segera minta pertolongan.
"Tolong!
Tolong!" Banyak siswa yang datang ke tempat dimana Kevin pingsan. Mereka
segera membawa Kevin ke ruang UKS. Dokter yang bertugas di UKS segera memeriksa
keadaan Kevin. Seira yang berada di situ terlihat cemas.
"Bagaimana
keadaannya dok?" Tanya Seira cemas.
"Sebaiknya
Kevin dirawat di rumah sakit, penyakitnya sudah terlalu parah untuk dia
melakukan aktivitas yang berat." Jelas dokter.
"Hah!
Kevin sakit? Sakit apa, Dok? Kok Kevin nggak pernah cerita?"
"Begini
Sei, jantung kevin sudah tidak bisa lagi untuk melakukan aktivtas berat. Jantung
Kevin saat ini mengalami kebocaran."
"Apa?"
"Ya,
tolong kamu bujuk Kevin untuk mau ke rumah sakit. Dia sudah beberapa kali
kesini dan sudah saya suruh untuk segera ke rumah sakit. Tapi tetap saja dia menolaknya.
Jadi, saya hanya bisa memberinya obat untuk menahan rasa sakit."
"Baik,
Dok. Aku akan membujuk kevin supaya mau segera ke rumah sakit."
Seira
keluar dari ruang dokter dan kenbali ke kamar UKS tempat Kevin terbaring lemah.
setelah beberapa menit Kevinpun sadar.
"Vin,
kamu kenapa sih nggak pernah cerita sama aku kalau kamu itu sakit hah?"
Tanya Seira sambil menangis.
"Maaf,
Sei aku tak mau jika kamu sedih gara-gara penyakitku ini."
"Kamu
jahat, Vin. Kamu jahat. Aku ini kan sahabatmu? Apa kamu tak pernah menganggapku
sebagai sahabat eoh?"
"Bukan
begitu Sei. Bukan begitu. Aku hanya tak ingin kamu sedih gara-gara aku."
Seira
terus menitihkan air matanya dan terduduk lemah di samping Kevin.
"Sei,
maafkan aku." Kevin mencoba untuk duduk tapi tubuhnya lemah dan hampir
jatuh. Seira yang ada didekatnya segera menolongnya.
"Vin,
sekarang aku mau kamu dirawat di rumah sakit ya? Aku mohon. Aku tak mau
kehilanganmu. Aku mohon, Vin. Aku mohon." Pinta Seira.
"Baiklah
kalau itu yang kamu mau. Aku akan ke rumah sakit."
"Makasih
ya Vin?" Seira memeluk Kevin erat.
"Vin?
Apa orang tuamu tau kalau kamu sakit?"
"Belum
Sei, aku tak bisa memberi tahunya. Karena aku takut mereka sedih gara-gara
saya."
"Vin,
kamu harus segera memberi tahunya agar mereka bisa membantu pengobatanmu."
"Tapi,
Sei?"
"Vin,
tolong! Aku tak bisa melihatmu kesakitan seperti ini. Aku sayang sama kamu,
Vin."
"Baiklah
akan segera aku beri tahu mereka."
Pada
saat itu juga Kevin segera dilarikan ke rumah sakit. Seira sebagai sahabat
terdekatnya menemaninya sampai di ruang perawatannya. Tak lama kemudian orang
tua Kevin tiba di rumah sakit dan segera menuju ke ruang rawat Kevin.
"Vin,
mengapa kau tak memberi tahu Mamah dan Papah sejak awal?"
"Maafkan
Kevin, Mah, Pah, Kevin tak mau melihat Mamah dan Papah sedih."
Mamah
Kevin tak sanggup menahan air matanya. Begitu juga dengan Seira yang berada di
samping Kevin. Seira segera menghapuskan air matanya. Dia tak mau kalau Kevin
melihatnya menangis. Jika hal itu terjadi maka akan semakin berat untuk Kevin
menjalani hidupnya itu.
"Nak,
kamu siapa?"
"Oh!
Maaf tante. Aku Seira temannya Kevin. Sampai lupa memperkenalkan diri."
Jawab Seira dengan sedikit senyum di wajahnya.
"Oo...
Terima kasih ya Sei, sudah mau merawat Kevin selama ini."
Seira
hanya tersenyum. Seira keluar dari ruangan Kevin dan membiarkan kedua orang tua
Kevin yang menunggui Kevin.
"Seira,
pulang dulu ya, Tan?"
"Ya,
Sei. Hati-hati dijalan ya Sei."
Seira
segera keluar dari ruang rawat Kevin. Dia menuju rumahnya dengan berbagai
pikiran yang kacau melihat sahabatnya harus menanggung sakit yang seberat itu.
Dia sebagai sahabatnya tak bisa membantu Kevin. Dia hanya bisa membantunya
dengan doa dan semangat. Dia berpikir akan membujuk orang tua Kevin agar mau
membawa Kevin ke luar negeri yang pengobatannya lebih canggih.
"Ya,
itulah salah satu cara agar Kevin bisa sembuh." Pikir Seira selama
perjalanan menuju ruamahnya. Sesampainya di rumah dia melihat kedua orang
tuanya sudah berada di ruang tamu. yang selama ini mereka tak pernah sekalipun
berada di rumah. Seira tetap berjalan tanpa menghiraukan kedua orang tuanya.
"Sei,
kamu nggak kangen sama Mamah dan Papah?" tanya Mamah Seira.
Seira
berhenti sejenak dan berkata "Mamah kali yang nggak kangen sama Seira? Tak
pernahkan Mamah sekalipun pulang ke rumah untuk menjenguk Seira?"
Seira
langsung masuk ke kamarnya tanpa mendengarkan perkataan Mamahnya. Mamah seira
segera mengejar Seira ke kamarnya.
"Sei,
Maafkan Mamah. Mamah nggakpulang karna banyak kerjaan di luar kota."
"Oh!
Jadi sekarang Seira nggak penting lagi buat Mamah? Mamah lebih mementingkan
pekerjaan Mamah daripada Seira eoh?" Seira berbaring di tempat tidurnya
dan menangis.
Mamah
Seira masuk dan menghampiri Seira "Baiklah Sei, Mamah minta maaf, sekarang
Sei mau apa supaya Seira mau maafin Mamah dan Papah?"
"Seira
hanya mau Mamah dan Papah peduli sama Seira. Seing pulang, Sering jalan bareng,
Sering makan bareng. Seira nggak mau hidup sendiri. Seira ingin punya teman
ngobrol, teman bercanda."
"Baiklah
mamah akan lebih sering bersamamu mulai sekarang." Mamah Seira memeluk
Seira dengan erat.
Pagi
ini Seira mau ke rumah sakit untuk menjenguk Kevin. Sebelum ke rumah sakit
Seira memutuskan untuk pergi ke toko buah dan bunga dulu. Di toko buahSeira
memilih buah untuk diberikan kepada Kevin yang sedang sakit. Setelah ke toko
buah Seira pergi ke toko bunga dekat rumah sakit dimana Kevin di rawat. Seira
memilih bunga yang sin terasa agar jika dilihat oleh Kevin terasa segar dan
menyejukkan.
Setelah
sibuk mencari bunga dan buah segeralah Seira ke rumah sakit tempat dimana Kevin
dirawat. Sampailah Seira di ruang rawat Kevin. Disana sudah ada orang tua Kevin
yang menungguinya. Masuklah Seira ke ruangan itu.
"Permisi
Om, Tante."
"Oh!
Seira silahkan masuk Sei." Mamah Kevin menjawab.
Seira
berjalan menuju tempat berbaring Kevin dan meletakkan buah dan bunga di meja
dekat tempat tidur kevin.
"Bagaimana
keadaanmu?"
"Baik
Sei. Kamu nggak usah khawatir aku akan bisa melewati ini semua kok."
"Baguslah."
Seira menarik napas lega.
"Sebentar
ya Vin, mamah mau ngajak Siera keluar sebentar. Maukan Sei?"
"Ya,
mamah nggak asik aku kan mau ngobrol sama Seira" gerutu Kevin.
Seira
hanya tersenyum dan keluar bersama Mamahnya Kevin. Mereka berdua duduk di ruang
tunggu depan kamar Kevin.
"Sei,
Tante mohon sama kamu. Kamu maukan membujuk Kevin agar dia mau oprasi di luar
negeri?"
"Emang
separah itukah tante?" Jawab Seira cemas.
"Ya
Sei, kata dokter, Kevin harus segera dioprasi. Kalau tidak harapan dia untuk
hidup sangat kecil" jelas mamah Kevin sambil bercucuran air mata. Seira
yang melihat itupun tak kuasa menahan air matanya.
"Baiklah
Tante akan akubujuk Kevin hingga dia mau ke luar negeri untuk operasi."
"Terima
kasih, ya Sei?" Mamah Kevin memeluk Seira dengan erat.
Setelah
berbicara banyak, Mamah Kevin dan Seira masuk lagi ke ruang rawat Kevin.
"Mah,
aku pengen jalan-jalan ke luar dong. Tapi bareng sama Seira? Boleh ya mah?
Boleh ya?" Pinta kevin dengan nada manja.
"Terserah
Kevin saja. Tapi Kevin nggak boleh capek ya?"
"Beres,
Mah"
Kevin
dan Seira jalan-jalan di taman sekitar rumah sakit. Sampailah mereka di sebuah
taman rumah sakit yang tak banyak orang disana. Mereka duduk di sebuah bangku
taman.
"Sei,
jika nanti aku pergi kamu nggak akan nglupain akukan?"
"Yalah,
kamu kan sahabat terbaikku. Dan orang yang paling penting dalam hidupku. Aku
akan menunggumu disini sampai kamu kembali dan sebuh vin."
"Sei,
kamu bodoh sekali sih?"
"Apa?
Kok bodoh sih. Kamu kan mau ke luar negeri untuk operasi, iya kan?" dengan
wajah polos.
"Emang
iya? Kok aku nggak tau ya?"
"Lha
terus kalau nggak kamu mau kemana?"
"Ya
pergi untuk selamanya."
"Kamu
ngomong apa sih? Nggak boleh pokoknya kamu harus sembuh. Titik. Kamu harus ke
luar negeri untuk operasi dan kembali kesini untukku. Kamu harus janji Vin sama
aku. Kamu harus janji." Seira menitihkan air mata.
"Jika
operasinya gagal?"
"Nggak
pokoknya harus berhasil. Aku yakin itu Vin. Aku yakin itu."
"Baiklah
aku akan pergi untuk operasi jika itu yang kamu mau."
"Ya,
aku akan menunggumu sampai kamu kembali. Jangan pernah kembali dalam keadaan
sakit. Ingat itu, Vin. Kembalilah dalam keadaan sembuh dan sehat. Janji?"
"Janji"
Seira memeluk Kevin dan segera mengajaknya kembali ke kamarnya karena hari
sudah agak siang.
Esok
harinya Kevin berangkat ke korea untuk operasi jantung. Seira menghantarkan
keberangkatan Kevin sampai bandara. Sebelum naik ke pesawat Seira memberikan
sebuah gelang untuk Kevin yang sepasang dengan gelangnya.
"Vin,
kembalilah dengan sehat. Aku akan menunggumu disini."
Kevin
tersenyum dan segera naik ke pesawat karena lima menit lagi peawat akan
terbang. Seira melambaikan tanggannya dan air mata keluar dari matanya.
Lima
tahun telah berlalu. Seira sekarang telah menjadi seorang ahli bedah jantung.
Pagi ini Seira ada jadwal untuk operasi. Seira terburru-buru untuk ke rumah
sakit karna pasiennya dalam keadaan kritis. Ketika berjalan di lorong rumah
sakit tanpa sengaja Seira bertabrakkan dengan seorang laki-laki. Braaakkk!
Barang yang dibawanya jatuh ketanah.
"Maaf,
ya aku nggak sengaja." Ucap Seira meminta maaf. Saat itu Seira langsung
tercenganag melihat seseorang yang ditabraknya itu. Setelah menatapnya lama
Seira merasakan dia sudah mengenal cowok itu sangat lama.
"Oke!
Nggak apa kok?" jawab cowok tadi.
"Kevin?"
Ucap Seira.
Kevin
segera meninggalkan Seira. Dengan sangat cepat Kevin telah hilang dari
pandangan Seira. Seirayang masih terpaku hanya bisa menitihkan air mata. Begitu
juga dengan kevin yang tengah berlari dengan air mata yang mengalr dipipinya.
Kevin segera masuk ke ruang dokter yang merawatnya setelah dia pulang dari
korea. Di korea kevin hanya melakukan operasi kecil dia hanya menutup sementara
jantungnya. Dia tidak melakukan transplantasi jantung karena sangat susah untuk
mendapatkan donor jantung.
Diruangan
dokter itu Mamah Kevin sudah menunggunya. Sesampainya di ruang itu Kevin segera
menghapus air matanya.
"Vin,
kau kenapa? Nggak apakan?" tanya mamah Kevin khawatir.
"Baik-baik
saja, Mah"
"Baiklah"
Sementara
Seira yang masih terpaku hanya bisa menangis. Setelah tersadar dia segera pergi
ke ruang operasi. Pikirannya kacau, dia sudah tidak bisa konsentrasi lagi.
Padahal pasiennya sangat membutuhkannya.
"Sei,
kamu harus fokus. kamu harus menyelamatkan pasienmu. Jangan memikirkan hal
lain. Fokus Sei. Fokus." Seira sudah agak tenang. Dan dia memulai lagi
operasinya. Setelah beberapa jam, akhirnya operasi berhasil di lakuakan.
Seira
masih terbayang dengan cowok yang dianggapnya Kevin itu. Seira tak habis pikir.
Dia yakin kalau cowok itu benar-benar Kevin. Tapi kenapa malah Kevin tak
mengenalinya.PadahalKevin yang minta kalau Seira tak boleh melupakannya tapi
malah Kevin yang melupakannya. Pikiran Seira semakin kacau dengan keadaan itu.
Dia merindukan seseorang yang telah mengisi hatinya beberapa tahun. Sejak Seira
SMA sampai sekarang Seira tak pernah mencintai orang lain. Yang ada di hatinya
hanyalah Kevin.
Diperjalanan pulang Seira masih
terbayang dengan sikap Kevin yang tak mengenal dirinya. Seira berencana akan
menemui cowok tadi. Tapi apalah daya Seira tak tahu dimana cowok itu tinggal
bahkan namanya pun tak tau.
"Vin, apakah itu kau eoh? Jika
kau mengapa kau tak mengenaliku?" ucap Seira dalam hati.
Pikiran Seira benar-benar kacau dia
tak konsentrasi menyetir mobilnya. Dia menghentikan sejenak mobilnya untuk
menenangkan pikirannya. Masih terus terbayang dibenaknya. Pikirannya di penuhi
nama Kevin, Kevin, dan Kevin. Kevin adalah cinta pertama Seira dan sampai
sekkarang dia tetap mencintainya. Setelah beberapa saat pikiran Seira agak
tenang. Diamemutuskan untukkembali ke rumahnya. Dia ingin segera tertidur.
Hari telah pagi. Seira terlihat
sangat rapi dan terburu-buru untuksegera pergi ke rumah sakit. Dia mau mencari
tahu keberadaan Kevin. Sesampainya di rumah sakit di temuinya dokter yang
merawat Kevin dulu. Seira berbincang-bincang dengan dokteritu dan menanyakan
keadaan Kevin.
"Dok, apakah Kevin telah
kembali dari korea?" itu pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Seira.
"Lho? Kevin telah kembali dua
bulan lalu, Sei." jawab dokter.
"Kok dokter tidak memberitahuku
sih?"
"Bukannya kau teman bainya, ya?
Seharusnya kan kau yang lebih tahudulu?"
"Berarti dia telah kembali,
Dok?"
"Ya."
Seira segera meninggalkan rumah
sakit dan pergi kerumah Kevin. Sampailah Seira di depan gerbang rumah kevin dia
melihat Kevin yang sedang menyiram bungadi halaman rumahnya.
"Benarkah itu Kevin?" Seira
bertanya-tanya dalam hati. Dia segera masuk ke halamanrumah Kevin untuk
menemuinya. Kevin yang ada di situ terkejut melihat Seira yang sudah berdiri di
belakangnya. Seira dengan segera memeluk Kevin.
"Vin, kenapa kau berbohong
padaku? Apa kau lupa padaku eoh?"
"Bukan begitu Sei, aku nggak
mau kalau kamu sedih lagi buatku.Aku sudah merepotkanmu selama ini. Aku tak
berhasil melawan penyakitku ini. Aku berharap kamu bisa me..." Seira
menutup mulut Kevin agar tak melanjutkan ucapannya.
"Sssstt.... Kau tak boleh
berkata seperti itu. Aku sudah berusaha menjadi dokter spesialis jantung untuk
menyembuhkanmu, Vin. Kenapa kau malah menyerah seperti ini?"
"Terima kasih Sei. Kau
benar-benar sahabat sejatiku. Heart Friend. Itulah sebutanku utukmu."
Mereka terhanyut dalam suasana.
THE END
Langganan:
Postingan (Atom)