Selasa, 21 April 2015

Kata-kata tidak Jelas

Hanya Sekedar Menulis

Ketika seseorang meras dirinya paling baik di dunia ini maka merekalah orang-orang yang tidak mengerti akan dirinya sendiri.

Menjadikan seorang menjadi musuh. Disaat itulah kamu akan merassakn dirimu sendirian di dunia ini. :(

Menekuni sebuah pekerjaan adalah harga mutlak untuk manusias di dunia ini.

Janganlah kamu menyia-nyiakan seseorang yang benar-benar telah memperhatikanmu dan lebih memilih mengejar seseorang yang tak akan pernah mungkin engkau mencapainya.

Cintailah seseorang karna Allah, jangan karna kecantikan, kekeyaan, keturunan dan sebagainya.

 Tidakkah kamu menyangka bahwa teman terdekatmulah terkadang yang akan menikammu? (tidak semua teman dekat)

Cukup teman yang selalu ada tidak terlalu baik dari pada teman yang baik banget tapi hanya sesaat.

Jauhilah semua sifat-sifat yang bisa membuat dirimu menjadi orang yang paling sendirian dimuka bumi ini. (Dianggap teman ketika bersamamu)

Cukup aku, temenku dan Allah lah yang mengetahui perasaanku.

Jangan sampai melakukan apapun yamg tidak disenangi oleh Allah dan kedua orang tua.

Membahagiakan orang tua adalah cara membalas semua perjuangan yang telah dilewatinya.

sekian dari saya... mian ne, jika ada kata2 yang ngga nyambung~~~

Sabtu, 28 Februari 2015

Foto-Foto





Ini kata-kata mutiara dari drama My Love Come From The Star.

The Heirs.
Print screen The Heirs.
Tunggu Lanjutannya ne!



Senin, 23 Februari 2015

Cerpen Kedua

Annyeong Chingu-ya,...
ini adalah cerpen yang aku buat untuk mengisi jam kosong ku,,, :) semoga kalian suka,, selamat membaca,, :)

NB: maaf jika ada kesamaan nama dan sebagainya,, karena ini hanyalah fiktif belaka harap maklum :)



Heart Friend


            "Tak mugkin bisa hidup tanpaku kau!" kata Seira.
            "Hah! Mana mungkin? kamu tu, yang tak bisa hidup tanpaku." jawab Kevin.
            "Memang aku tak bisa hidup tanpamu, Vin." kata Seira dalam hati.
            "Hei, malah bengong." kata Kevin mengagetkan Seira.
            "......" Seira hanya balas dengan senyuman manjanya.
            Mereka terus melanjutkan jalannya menuju ke sekolah yang tak jauh dari rumah mereka. Sampai di sekolah, tepat pada saat bel berbunyi. Mereka segera lari menuju kelasnya. Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih. Tapi sebenarnya Kevin sudah memiliki pacar. Kevin adalah cowok populer di sekolahnya. Tak sedikit teman-temannya yang menyukainya. Tapi Kevin adalah tipe cowok yang tak suka mempermainkan wanita. Cukup satu yang ada di hatinya. Itulah ucapnya ketika dia menolak beberapa teman wanitanya.
            Seperti yang lalu, saat jam istirahat Kevin di temui banyak cewek. Ada yang memberinya cokelat, bunga, buku, sapu tangan, dan banyak sekali. Tapi semua itu berakhir pada Seira. Seiralah yang pada akhirnya menerimanya.
            "Vin, enak ya punya banyak fans." Ucap Seira.
            "Enak dari mana? Kita mau kemana banyak yang ngliatin enak. Risi banget tauk!" katanya agal kesal.
            "Woles! dong bro, daripada bete mending kekantin yuk.?" Ajak Seira sambil menariknya keluar dari ruang kelas.
            Mereka berdua bercanda disetiap jalan menuju kantin. Banyak cewek-cewek yang tidak suka melihat itu semua. Mereka tetap cuek tak peduli.
            "Vin, temukan aku dengan pacarmu dong, penasaran banget aku." Ucap Seira.
            "Maaf Sei, akhir-akhir ini dia sibuk. Nggak tau sekarang dia banyak berubah, jarang ketemu, di telfon nggak diangkat, di sms balesnya lama." Jelas Kevin.
            "Kamu nggak coba ke rumahnya?"
            "Males banget."
            "Sekarang terserah dia aja, yang penting aku nggak pernah buat salah ke dia. Iya kan?"
            "Betul banget."
            "Aku nggak pernah, liat kamu bareng sama cowok selain aku deh!" tanya Kevin agak sedikit mengejek.
            "Aiisshhh! Kau meledekku eoh?"
            "Heheh. Bercanda." Cubit pipi Seira.
            Jam istirahat berakhir. Semua siswa segara memasuki ruang kelas masing-masing. Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Bel pulang pun sudah berbunyi. seira kali ini pulang sendiri dan tidak bersama dengan kevin. Kevin hari ini ada janjian dengan pacarnya.
            "Vin, aku pulang duluan ya?" ucap seira.
            "Beneran ini, kau tak mau liat pacarku?"
            "Tak usahlah, aku sudah berubah pikiran. Aku males banget pergi."
            "Tadi ingin banget liat pacarku? Sekarang tak mau? Kamu labil banget deh?"
            "Heheheh. Aku pulang pai pai"
            "Oke! Hati-hati di jalan ya?"
            Seira hanya mengangguk dan segera pulang kerumahnya. Setelah beberapa menit sampailah Seira di rumahnya. Dia segera masuk ke kamarnya untuk membersihkan badannya dan segera makan siang. Sehabis makan siang Seira duduk-duduk di ruang tamu dengan membaca buku. Tak lama kemuadian ada seseorang mengetuk pintu rumahnya.
            "Sei,"
            "Seperti suaranya Kevin." ujar Seira dalam hati.
            "Aissshh, nggak mungkinlah, dia kan sedang dengan pacarnya. Sei, sadar Sei. Mana mungkin dia kesini."
            "Sei!" terdengar suara yang sama.
            Pembantu seira keluar untuk membuka pintu. Dan bertanya pada Seira.
            "Lho mbak ada tamu kok nggak dibukain sih?"
            "Masak sih mbak?"
            "Ya mbak.."
            "Ya sudah kalau gitu mbak aja yang bukain pintu." Ujar Seira pada pembantunya yang akrab dipanggil Mbak Minah itu.
            "Baik, Mbak"
            Mbak Minah membuka pitu rumah Seira. Dan yang di depan rumahnya adalah benar-benar Kevin.
            "Oalah! Mas Kevin tho?"
            "Iya, Mbak. Seiranya mana Mbak? Biasanya dia yang bukain pintu." jawab Kevin.
            "Itu Mas, Mbak Seiranya lagi baca buku di ruang tamu."
            "Ya sudah kalau gitu aku langsung masuk aja ya, Mbak."
            "Ya Mas silahkan!"
            Kevin masuk ke rumah Seira dan segera menghampiri Seira yang sedang asyik baca buku di ruang tamu.
            "Sei, asyik bener baca bukunya."
            "Lho Kevin? Kamu kok kesini? Emangnya nggak jadi bertemu dengan pacarmu ya?"
            "Pacar?"
            "Iya, pacar." Jawab Seira polos.
            "Udahlah Sei, aku sudah nggak mau mikirin dia lagi aku udah putus sama dia."
            "Lho lho lho... kenapa Vin?"
            Kevin hanya diam dan tak mau menjawab pertanyaan seira. Wajahnya agak sedikit berubah murung. Seira bingung harus ngapain liat sahabatnya sedang sakit hati.
            "Oke! Kalau nggak mau cerita nggak apa kok. Kalau mau nangis juga nggak apa Vin."
            "Ngapain ditangisi?"
            "Ya kirain mau nangis."
            Kevin menjitak kepala Seira.
            "Aduh! Sakit taukkk!" geram seira.
            Mereka terus bercanda di dalam rumah Seira. Hampir setiap hari melakukan hal tersebut. Semakin lama semakin dekat antara mereka. Berangkat sekolah bersama. Pulang sekolah bersama. Sampai-sampai melakukan hal sepelepun bersama. Seira semakin menyukai Kevin. Tapi Kevin tak pernah menyadari itu. Suatu saat mereka sedang pergi untuk mencari sebuah novel di toko buku. Tak sengaja Kevin melihat mantan pacarnya dengan cowok lain. Wajah kevin seketika berubah menjadi murung. Tampak sekali jika kevin masih menyukai mantan pacarnya itu.
            "Vin kamu kenapa sih?" Tanya Seira yang melihat Kevin murung.
            "Nggak apa kok, Sei. Aku baik-baik saja."
            "Aku tau jika kamu masih mencintainya." Kata Seira dalam hati.
            "Ya sudah cari novel yuk!" Ajak Seira membuyarkan lamunannya.
            Kevin dan Seira memilih-milih novel dengan serius. Akhirnya mereka menemukan novel dengan selera masing-masing. Setelah mendapatkan novel mereka memutuskan untuk pulang ke rumah. Kevin mengantarakan Seira ke rumahnya.
            "Sei, aku langsung pulang saja ya?"
            "Nggak mampir?"
            "Sudah terlalu sering aku ke rumahmu."
            "Oke! Hati-hati ya?"
            Kevin hanya mengangguk dan menjalankan motornya. Akhirnya Kevin sampai di rumahnya. Tiba-tiba dia meraskan sakit di dadanya. Setelah memarkirkan motornya dia segera masuk ke rumah. Tapi apalah daya, Sakitnya semakin tak bisa ditahannya dia hampir saja pingsan didepan pintu rumahnya. Untung saja tukang kebunnya menolongnya.
            "Aduh! Mas Kevin kenapa?" Tanya Pak Marno.
            "Aku tak apa kok, Pak"
            "Tapi, Mas, kelihatannya Mas kevin sakit deh. Saya antar ke akmar saja ya, Mas?"
            "Ya sudah, Pak. Tolong bantu saya ke kamar."
            "Baik, Mas." Pak Marno membantu Kevin masuk ke kamarnya.
            "Jika Mas Kevin sakit segera ke dokter ya, Mas. Saya khawatir nanti kalau Mas Kevin sakit."
            "Ya, Pak."
            "Ya sudah kalau begitu Pak Marno pergi ke depan lagi ya Mas?"
            Kevin menganggukkan kepalanya.
            Kevin segera mengambil obat di tasnya. Dia berpikir bahwa penyakitnya ini semakin parah. Dia tak tau lagi harus bagaimana. Dia tak mau kalau orang-orang di rumah mengetahui penyakitnya itu. Termasuk orang tuanya dan Seira sahabat dekatnya. Kevin tak mau mereka mengkhawatirkannya.
            Pagi telah tiba, Kevin segera berangkat ke sekolah dan tidak lupa untuk menjemput Seira di rumahnya. Seira yang berada di rumahnya sudah menunggu Kevin.
            "Tak biasanya Kevin kesininya telat." Ucap Seira dalam hati.
            Tiba-tiba suara klakson mengangetkan Seira yang tengah melamun.
            "Hei! Pagi-pagi gini sudah melamun, mikirin apaan sih?" Kata Kevin.
            "Nggak kok."
            "Tunggu-tunggu mukamu kok pucat, Vin? Kamu sakit?" Ucap Seira melanjutkan.
            "Nggaklah, mungkin aku hanya kecapekan." Jawab Kevin ngeles.
            "Ya sudahlah yuk berangkat ntar kesiangan lagi."
            Seira segera naik di belakang Kevin. Kevin mengegas motornya dengan kecepatan tinggi. Seira dengan spontan memeluk Kevin dengan erat.
            "Perasaan apa ini? Mengapa jantungku deg-degan?" Ucap Kevin dalam hati.
            Akhirnya mereka berdua sampai di sekolah. Kevin merasakan sakit lagi. Tapi dia menyembunyikan rasa sakit itu agar Seira tak melihatnya. Kevin tak kuat lagi menahan rasa sakit itu. Tiba-tiba Kevin pingsan. Seira yang berada di sampingnya keget dan segera minta pertolongan.
            "Tolong! Tolong!" Banyak siswa yang datang ke tempat dimana Kevin pingsan. Mereka segera membawa Kevin ke ruang UKS. Dokter yang bertugas di UKS segera memeriksa keadaan Kevin. Seira yang berada di situ terlihat cemas.
            "Bagaimana keadaannya dok?" Tanya Seira cemas.
            "Sebaiknya Kevin dirawat di rumah sakit, penyakitnya sudah terlalu parah untuk dia melakukan aktivitas yang berat." Jelas dokter.
            "Hah! Kevin sakit? Sakit apa, Dok? Kok Kevin nggak pernah cerita?"
            "Begini Sei, jantung kevin sudah tidak bisa lagi untuk melakukan aktivtas berat. Jantung Kevin saat ini mengalami kebocaran."
            "Apa?"
            "Ya, tolong kamu bujuk Kevin untuk mau ke rumah sakit. Dia sudah beberapa kali kesini dan sudah saya suruh untuk segera ke rumah sakit. Tapi tetap saja dia menolaknya. Jadi, saya hanya bisa memberinya obat untuk menahan rasa sakit."
            "Baik, Dok. Aku akan membujuk kevin supaya mau segera ke rumah sakit."
            Seira keluar dari ruang dokter dan kenbali ke kamar UKS tempat Kevin terbaring lemah. setelah beberapa menit Kevinpun sadar.
            "Vin, kamu kenapa sih nggak pernah cerita sama aku kalau kamu itu sakit hah?" Tanya Seira sambil menangis.
            "Maaf, Sei aku tak mau jika kamu sedih gara-gara penyakitku ini."
            "Kamu jahat, Vin. Kamu jahat. Aku ini kan sahabatmu? Apa kamu tak pernah menganggapku sebagai sahabat eoh?"
            "Bukan begitu Sei. Bukan begitu. Aku hanya tak ingin kamu sedih gara-gara aku."
            Seira terus menitihkan air matanya dan terduduk lemah di samping Kevin.
            "Sei, maafkan aku." Kevin mencoba untuk duduk tapi tubuhnya lemah dan hampir jatuh. Seira yang ada didekatnya segera menolongnya.
            "Vin, sekarang aku mau kamu dirawat di rumah sakit ya? Aku mohon. Aku tak mau kehilanganmu. Aku mohon, Vin. Aku mohon." Pinta Seira.
            "Baiklah kalau itu yang kamu mau. Aku akan ke rumah sakit."
            "Makasih ya Vin?" Seira memeluk Kevin erat.
            "Vin? Apa orang tuamu tau kalau kamu sakit?"
            "Belum Sei, aku tak bisa memberi tahunya. Karena aku takut mereka sedih gara-gara saya."
            "Vin, kamu harus segera memberi tahunya agar mereka bisa membantu pengobatanmu."
            "Tapi, Sei?"
            "Vin, tolong! Aku tak bisa melihatmu kesakitan seperti ini. Aku sayang sama kamu, Vin."
            "Baiklah akan segera aku beri tahu mereka."
            Pada saat itu juga Kevin segera dilarikan ke rumah sakit. Seira sebagai sahabat terdekatnya menemaninya sampai di ruang perawatannya. Tak lama kemudian orang tua Kevin tiba di rumah sakit dan segera menuju ke ruang rawat Kevin.
            "Vin, mengapa kau tak memberi tahu Mamah dan Papah sejak awal?"
            "Maafkan Kevin, Mah, Pah, Kevin tak mau melihat Mamah dan Papah sedih."
            Mamah Kevin tak sanggup menahan air matanya. Begitu juga dengan Seira yang berada di samping Kevin. Seira segera menghapuskan air matanya. Dia tak mau kalau Kevin melihatnya menangis. Jika hal itu terjadi maka akan semakin berat untuk Kevin menjalani hidupnya itu.
            "Nak, kamu siapa?"
            "Oh! Maaf tante. Aku Seira temannya Kevin. Sampai lupa memperkenalkan diri." Jawab Seira dengan sedikit senyum di wajahnya.
            "Oo... Terima kasih ya Sei, sudah mau merawat Kevin selama ini."
            Seira hanya tersenyum. Seira keluar dari ruangan Kevin dan membiarkan kedua orang tua Kevin yang menunggui Kevin.
            "Seira, pulang dulu ya, Tan?"
            "Ya, Sei. Hati-hati dijalan ya Sei."
            Seira segera keluar dari ruang rawat Kevin. Dia menuju rumahnya dengan berbagai pikiran yang kacau melihat sahabatnya harus menanggung sakit yang seberat itu. Dia sebagai sahabatnya tak bisa membantu Kevin. Dia hanya bisa membantunya dengan doa dan semangat. Dia berpikir akan membujuk orang tua Kevin agar mau membawa Kevin ke luar negeri yang pengobatannya lebih canggih.
            "Ya, itulah salah satu cara agar Kevin bisa sembuh." Pikir Seira selama perjalanan menuju ruamahnya. Sesampainya di rumah dia melihat kedua orang tuanya sudah berada di ruang tamu. yang selama ini mereka tak pernah sekalipun berada di rumah. Seira tetap berjalan tanpa menghiraukan kedua orang tuanya.
            "Sei, kamu nggak kangen sama Mamah dan Papah?" tanya Mamah Seira.
            Seira berhenti sejenak dan berkata "Mamah kali yang nggak kangen sama Seira? Tak pernahkan Mamah sekalipun pulang ke rumah untuk menjenguk Seira?"
            Seira langsung masuk ke kamarnya tanpa mendengarkan perkataan Mamahnya. Mamah seira segera mengejar Seira ke kamarnya.
            "Sei, Maafkan Mamah. Mamah nggakpulang karna banyak kerjaan di luar kota."
            "Oh! Jadi sekarang Seira nggak penting lagi buat Mamah? Mamah lebih mementingkan pekerjaan Mamah daripada Seira eoh?" Seira berbaring di tempat tidurnya dan menangis.
            Mamah Seira masuk dan menghampiri Seira "Baiklah Sei, Mamah minta maaf, sekarang Sei mau apa supaya Seira mau maafin Mamah dan Papah?"
            "Seira hanya mau Mamah dan Papah peduli sama Seira. Seing pulang, Sering jalan bareng, Sering makan bareng. Seira nggak mau hidup sendiri. Seira ingin punya teman ngobrol, teman bercanda."
            "Baiklah mamah akan lebih sering bersamamu mulai sekarang." Mamah Seira memeluk Seira dengan erat.
            Pagi ini Seira mau ke rumah sakit untuk menjenguk Kevin. Sebelum ke rumah sakit Seira memutuskan untuk pergi ke toko buah dan bunga dulu. Di toko buahSeira memilih buah untuk diberikan kepada Kevin yang sedang sakit. Setelah ke toko buah Seira pergi ke toko bunga dekat rumah sakit dimana Kevin di rawat. Seira memilih bunga yang sin terasa agar jika dilihat oleh Kevin terasa segar dan menyejukkan.
            Setelah sibuk mencari bunga dan buah segeralah Seira ke rumah sakit tempat dimana Kevin dirawat. Sampailah Seira di ruang rawat Kevin. Disana sudah ada orang tua Kevin yang menungguinya. Masuklah Seira ke ruangan itu.
            "Permisi Om, Tante."
            "Oh! Seira silahkan masuk Sei." Mamah Kevin menjawab.
            Seira berjalan menuju tempat berbaring Kevin dan meletakkan buah dan bunga di meja dekat tempat tidur kevin.
            "Bagaimana keadaanmu?"
            "Baik Sei. Kamu nggak usah khawatir aku akan bisa melewati ini semua kok."
            "Baguslah." Seira menarik napas lega.
            "Sebentar ya Vin, mamah mau ngajak Siera keluar sebentar. Maukan Sei?"
            "Ya, mamah nggak asik aku kan mau ngobrol sama Seira" gerutu Kevin.
            Seira hanya tersenyum dan keluar bersama Mamahnya Kevin. Mereka berdua duduk di ruang tunggu depan kamar Kevin.
            "Sei, Tante mohon sama kamu. Kamu maukan membujuk Kevin agar dia mau oprasi di luar negeri?"
            "Emang separah itukah tante?" Jawab Seira cemas.
            "Ya Sei, kata dokter, Kevin harus segera dioprasi. Kalau tidak harapan dia untuk hidup sangat kecil" jelas mamah Kevin sambil bercucuran air mata. Seira yang melihat itupun tak kuasa menahan air matanya.
            "Baiklah Tante akan akubujuk Kevin hingga dia mau ke luar negeri untuk operasi."
            "Terima kasih, ya Sei?" Mamah Kevin memeluk Seira dengan erat.
            Setelah berbicara banyak, Mamah Kevin dan Seira masuk lagi ke ruang rawat Kevin.
            "Mah, aku pengen jalan-jalan ke luar dong. Tapi bareng sama Seira? Boleh ya mah? Boleh ya?" Pinta kevin dengan nada manja.
            "Terserah Kevin saja. Tapi Kevin nggak boleh capek ya?"
            "Beres, Mah"
            Kevin dan Seira jalan-jalan di taman sekitar rumah sakit. Sampailah mereka di sebuah taman rumah sakit yang tak banyak orang disana. Mereka duduk di sebuah bangku taman.
            "Sei, jika nanti aku pergi kamu nggak akan nglupain akukan?"
            "Yalah, kamu kan sahabat terbaikku. Dan orang yang paling penting dalam hidupku. Aku akan menunggumu disini sampai kamu kembali dan sebuh vin."
            "Sei, kamu bodoh sekali sih?"
            "Apa? Kok bodoh sih. Kamu kan mau ke luar negeri untuk operasi, iya kan?" dengan wajah polos.
            "Emang iya? Kok aku nggak tau ya?"
            "Lha terus kalau nggak kamu mau kemana?"
            "Ya pergi untuk selamanya."
            "Kamu ngomong apa sih? Nggak boleh pokoknya kamu harus sembuh. Titik. Kamu harus ke luar negeri untuk operasi dan kembali kesini untukku. Kamu harus janji Vin sama aku. Kamu harus janji." Seira menitihkan air mata.
            "Jika operasinya gagal?"
            "Nggak pokoknya harus berhasil. Aku yakin itu Vin. Aku yakin itu."
            "Baiklah aku akan pergi untuk operasi jika itu yang kamu mau."
            "Ya, aku akan menunggumu sampai kamu kembali. Jangan pernah kembali dalam keadaan sakit. Ingat itu, Vin. Kembalilah dalam keadaan sembuh dan sehat. Janji?"
            "Janji" Seira memeluk Kevin dan segera mengajaknya kembali ke kamarnya karena hari sudah agak siang.
            Esok harinya Kevin berangkat ke korea untuk operasi jantung. Seira menghantarkan keberangkatan Kevin sampai bandara. Sebelum naik ke pesawat Seira memberikan sebuah gelang untuk Kevin yang sepasang dengan gelangnya.
            "Vin, kembalilah dengan sehat. Aku akan menunggumu disini."
            Kevin tersenyum dan segera naik ke pesawat karena lima menit lagi peawat akan terbang. Seira melambaikan tanggannya dan air mata keluar dari matanya.
            Lima tahun telah berlalu. Seira sekarang telah menjadi seorang ahli bedah jantung. Pagi ini Seira ada jadwal untuk operasi. Seira terburru-buru untuk ke rumah sakit karna pasiennya dalam keadaan kritis. Ketika berjalan di lorong rumah sakit tanpa sengaja Seira bertabrakkan dengan seorang laki-laki. Braaakkk! Barang yang dibawanya jatuh ketanah.
            "Maaf, ya aku nggak sengaja." Ucap Seira meminta maaf. Saat itu Seira langsung tercenganag melihat seseorang yang ditabraknya itu. Setelah menatapnya lama Seira merasakan dia sudah mengenal cowok itu sangat lama.
            "Oke! Nggak apa kok?" jawab cowok tadi.
            "Kevin?" Ucap Seira.
            Kevin segera meninggalkan Seira. Dengan sangat cepat Kevin telah hilang dari pandangan Seira. Seirayang masih terpaku hanya bisa menitihkan air mata. Begitu juga dengan kevin yang tengah berlari dengan air mata yang mengalr dipipinya. Kevin segera masuk ke ruang dokter yang merawatnya setelah dia pulang dari korea. Di korea kevin hanya melakukan operasi kecil dia hanya menutup sementara jantungnya. Dia tidak melakukan transplantasi jantung karena sangat susah untuk mendapatkan donor jantung.
            Diruangan dokter itu Mamah Kevin sudah menunggunya. Sesampainya di ruang itu Kevin segera menghapus air matanya.
            "Vin, kau kenapa? Nggak apakan?" tanya mamah Kevin khawatir.
            "Baik-baik saja, Mah"
            "Baiklah"
            Sementara Seira yang masih terpaku hanya bisa menangis. Setelah tersadar dia segera pergi ke ruang operasi. Pikirannya kacau, dia sudah tidak bisa konsentrasi lagi. Padahal pasiennya sangat membutuhkannya.
            "Sei, kamu harus fokus. kamu harus menyelamatkan pasienmu. Jangan memikirkan hal lain. Fokus Sei. Fokus." Seira sudah agak tenang. Dan dia memulai lagi operasinya. Setelah beberapa jam, akhirnya operasi berhasil di lakuakan.
            Seira masih terbayang dengan cowok yang dianggapnya Kevin itu. Seira tak habis pikir. Dia yakin kalau cowok itu benar-benar Kevin. Tapi kenapa malah Kevin tak mengenalinya.PadahalKevin yang minta kalau Seira tak boleh melupakannya tapi malah Kevin yang melupakannya. Pikiran Seira semakin kacau dengan keadaan itu. Dia merindukan seseorang yang telah mengisi hatinya beberapa tahun. Sejak Seira SMA sampai sekarang Seira tak pernah mencintai orang lain. Yang ada di hatinya hanyalah Kevin.
            Diperjalanan pulang Seira masih terbayang dengan sikap Kevin yang tak mengenal dirinya. Seira berencana akan menemui cowok tadi. Tapi apalah daya Seira tak tahu dimana cowok itu tinggal bahkan namanya pun tak tau.
            "Vin, apakah itu kau eoh? Jika kau mengapa kau tak mengenaliku?" ucap Seira dalam hati.
            Pikiran Seira benar-benar kacau dia tak konsentrasi menyetir mobilnya. Dia menghentikan sejenak mobilnya untuk menenangkan pikirannya. Masih terus terbayang dibenaknya. Pikirannya di penuhi nama Kevin, Kevin, dan Kevin. Kevin adalah cinta pertama Seira dan sampai sekkarang dia tetap mencintainya. Setelah beberapa saat pikiran Seira agak tenang. Diamemutuskan untukkembali ke rumahnya. Dia ingin segera tertidur.
            Hari telah pagi. Seira terlihat sangat rapi dan terburu-buru untuksegera pergi ke rumah sakit. Dia mau mencari tahu keberadaan Kevin. Sesampainya di rumah sakit di temuinya dokter yang merawat Kevin dulu. Seira berbincang-bincang dengan dokteritu dan menanyakan keadaan Kevin.
            "Dok, apakah Kevin telah kembali dari korea?" itu pertanyaan pertama yang keluar dari mulut Seira.
            "Lho? Kevin telah kembali dua bulan lalu, Sei." jawab dokter.
            "Kok dokter tidak memberitahuku sih?"
            "Bukannya kau teman bainya, ya? Seharusnya kan kau yang lebih tahudulu?"
            "Berarti dia telah kembali, Dok?"
            "Ya."
            Seira segera meninggalkan rumah sakit dan pergi kerumah Kevin. Sampailah Seira di depan gerbang rumah kevin dia melihat Kevin yang sedang menyiram bungadi halaman rumahnya.
            "Benarkah itu Kevin?" Seira bertanya-tanya dalam hati. Dia segera masuk ke halamanrumah Kevin untuk menemuinya. Kevin yang ada di situ terkejut melihat Seira yang sudah berdiri di belakangnya. Seira dengan segera memeluk Kevin.
            "Vin, kenapa kau berbohong padaku? Apa kau lupa padaku eoh?"
            "Bukan begitu Sei, aku nggak mau kalau kamu sedih lagi buatku.Aku sudah merepotkanmu selama ini. Aku tak berhasil melawan penyakitku ini. Aku berharap kamu bisa me..." Seira menutup mulut Kevin agar tak melanjutkan ucapannya.
            "Sssstt.... Kau tak boleh berkata seperti itu. Aku sudah berusaha menjadi dokter spesialis jantung untuk menyembuhkanmu, Vin. Kenapa kau malah menyerah seperti ini?"
            "Terima kasih Sei. Kau benar-benar sahabat sejatiku. Heart Friend. Itulah sebutanku utukmu." Mereka terhanyut dalam suasana.
THE END